Liputan Cyber || Jatim

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terus memperkuat kesadaran dan kapasitas sektor industri dalam menghadapi ancaman dunia maya. Melalui kegiatan fasilitasi dan asistensi pengisian Instrumen Penilaian Kematangan Keamanan Siber (IKAS) yang digelar pada 26–27 Agustus 2025, BSSN memberikan pemahaman mendalam sekaligus bimbingan teknis kepada pelaku industri terkait pentingnya pengukuran kematangan keamanan siber.
Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang sosialisasi penggunaan IKAS bagi sektor industri, khususnya bagi para pemilik dan pengelola sistem elektronik. Ketua Tim Pengukuran Kematangan Keamanan Siber Sektor Industri BSSN, Farosa, menjelaskan bahwa sebanyak 42 perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi akan mengikuti kegiatan ini. “Peserta berasal dari berbagai daerah, dengan mayoritas perusahaan berlokasi di Surabaya, Sidoarjo, dan Malang,” ungkap Farosa pada Kamis (14/8/2025).
Farosa menambahkan, IKAS merupakan tools yang dirancang BSSN untuk membantu pelaku industri menilai tingkat kematangan keamanan siber yang dimiliki. “Instrumen Penilaian Kematangan Keamanan Siber atau IKAS bisa membantu pemilik sistem elektronik untuk mengukur kematangan keamanan siber masing-masing, sehingga langkah peningkatan keamanan bisa lebih terarah,” ujarnya.
Ia menegaskan, keamanan siber kini menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pengukuran Tingkat Kesiapan Industri dalam Bertransformasi Menuju Industri 4.0. Regulasi tersebut menempatkan keamanan siber sebagai salah satu pilar penting dalam percepatan Making Indonesia 4.0.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah membentuk Ekosistem Industri 4.0 dan mengembangkan indeks kesiapan industri 4.0 yang dikenal sebagai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (Indi 4.0). BSSN pun mendukung langkah tersebut dengan menetapkan standar Sistem Manajemen Pengamanan Informasi (SMPI) bagi penyelenggara sistem elektronik (PSE) baik lingkup publik maupun privat.
“Harapannya, para pelaku industri semakin memahami pentingnya kesiapan atau kematangan keamanan siber di perusahaan masing-masing. Hal ini tidak hanya untuk memenuhi regulasi, tetapi juga melindungi operasional dan data penting perusahaan dari ancaman siber,” kata Farosa.
Ia juga mengungkapkan bahwa penilaian kematangan keamanan siber kini tidak lagi menggunakan Cyber Security Maturity (CSM) tools. BSSN telah menyusun instrumen yang lebih mutakhir, yakni IKAS, yang dirancang berdasarkan penerapan kontrol keamanan pada Infrastruktur Informasi Vital (IIV). Instrumen ini mencakup empat domain utama dalam kerangka kerja keamanan siber: identifikasi, deteksi, proteksi, serta penanggulangan dan pemulihan.
Kabid Statistik dan Persandian Dinas Kominfo Kota Malang, JA Bayu Wijaya, S.Sos., M.Si., yang turut mendukung penyelenggaraan kegiatan ini, menjelaskan bahwa acara akan berlangsung di Hall A, Lantai IV Miniblok Office Malang, Jalan Simpang Majapahit No. 1, Kebundalem, Klojen, Kota Malang. “Kami berharap Malang menjadi salah satu pusat pembelajaran keamanan siber di Jawa Timur, sehingga industri di daerah ini lebih tangguh menghadapi tantangan era digital,” ujarnya.
Melalui fasilitasi dan asistensi ini, BSSN menargetkan para peserta tidak hanya memahami konsep IKAS, tetapi juga mampu menerapkannya secara mandiri di perusahaan. Dengan demikian, penguatan keamanan siber di sektor industri dapat berjalan konsisten dan berkelanjutan, demi mendukung transformasi digital yang aman, andal, dan berdaya saing tinggi. (jred)

