Empat Gunung Api di Jawa Timur Berstatus Normal, Masyarakat tetap Diimbau Waspada

Liputan Cyber || Jatim

Empat Gunung Api yang ada di Jawa Timur saat ini dinyatakan dalam tingkat aktivitas Level I atau berstatus Normal oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Keempat Gunung Api tersebut, yakni Gunung Ijen i Banyuwangi-Bondowoso, Gunung Arjuno Welirang di Kabupaten Pasuruan, Gunung Lamongan di Lumajang, dan Gunungapi Kelud yang ada Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.

 

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Priatin Hadi Wijaya, dikutip dalam laporannya yang disampaikan pada Pemprov Jatim, Rabu (16/7/2025) menjelaskan terkait empat kondisi gunung api tersebut.

 

Gunung Ijen

 

Untuk Gunung Ijen, disebutkan PBMBG, bahwa peningkatan aktivitas di Kawah Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan, hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan/konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau. Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul.

 

Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian “outburst gas” atau letusan/semburan gas dari danau kawah Ijen, gas yang menyembur tersebut terutama adalah CO2. Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara, sehingga CO2 yang keluar akibat letusan/semburan ini, cenderung dapat mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan/semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018.

 

Di Bulan Mei 2025, warna air kawah normal, yaitu hijau toska, bualan gas tidak nampak, butiran belirang merica berkurang, serta tidak nampak uap putih diatas permukaan danau. Jumlah gempa permukaan maupun gempa Vulkanik berfluktuasi normal. Rekaman RSAM menunjukkan pola fluktuatif yang menurun, dipengaruhi oleh amplitude Tremor yang rata-rata menurun.

 

Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen pada saat ini adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan; dan erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah. Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.

 

Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan 30 Juni 2025 tersebut, maka PVMB menetapkan bahwa tingkat aktivitas Gunung Ijen masih berada pada Level I (Normal), dengan rekomendasi:

 

• Masyarakat disekitar G. Ijen dan pengunjung/wisatawan/penambang agar tidak mendekati bibir kawah maupun turun dan mendekati dasar kawah G. Ijen serta tidak boleh menginap di Kawah Ijen dalam radius 500 meter.

 

• Masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait agar selalu waspada terhadap potensi ancaman aliran gas vulkanik yang berbahaya dan tetap memperhatikan perkembangan aktivitas G. Ijen.

 

• Jika tercium bau gas yang menyengat dihimbau agar menggunakan masker penutup alat pernapasan. Untuk jangka pendek/darurat dapat menggunakan kain basah sebagai penutup alat pernapasan (hidung/mulut).

 

• Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten, dan BKSDA agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Ijen di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur atau Pusat Vulkanologi dan MItigasi Bencana Geologi-Badan Geologi di Bandung.

 

Gunung Arjuno Welirang

 

Catatan kegempaan di G. Arjuno Welirang periode 1-30 Juni 2025 berfluktuatif jika dibandingkan dengan jumlah kegempaan pada periode Mei 2025. Pemunculan gempa Hembusan mengindikasikan aktivitas magma berada di dekat permukaan atau berada pada level kedalaman yang dangkal di bawah puncak G. Arjuno Welirang.

 

Dengan tingkat aktivitas Gunung Arjuno Welirang pada Level I (Normal), maka PVMBG merekomendasikan:

 

• Masyarakat di sekitar G. Arjuno Welirang dan pengunjung/wisatawan agar membatasi aktivitas (tidak berlama-lama) dan tidak bermalam di area kawah aktif, serta tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.

 

• Masyarakat yang ada di sekitar G. Arjuno Welirang dan seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat juga diimbau untuk selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

 

Gunung Lamongan

 

Kegempaan yang terekam di jaringan seismik Gunung Lamongan dalam periode ini yaitu 4 kali Gempa Tektonik Lokal dan 41 kali gempa Tektonik Jauh. Tidak terekam gempa yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanik Gunung Lamongan (Lihat Tabel 1 dan Lampiran 2). Data spektral seismik atau Seismic Spectral Amplitude Measurement (SSAM) pada tanggal 1–30 Juni 2025 tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan.

 

Dengan tingkat aktivitas Gunung Lamongan pada Level I (Normal), maka PVMBG merekomendasikann bahwa berdasarkan hasil analisis dan evaluasi hingga 30 Juni 2025, tingkat aktivitas Gunung Lamongan tetap pada Level I (Normal).

 

Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak mendekati dan bermalam di kawah Gunung Lamongan. Masyarakat juga diharapkan tetap mewaspadai goncangan gempa akibat aktivitas patahan aktif yang berpotensi menyebabkan retakan tanah.

 

Sementara Pemerintah Daerah dan BPBD Kabupaten Lumajang untuk selalu berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lamongan di Kampung Gunung Meja, Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung.

 

Gunung Kelud

 

Untuk kondisi Kegempaan Gunung Kelud selama periode 1 hingga 30 Juni 2025 terekam 2 kali Gempa Vulkanik. Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik lokal, dan 104 kali Gempa Tektonik Jauh, dengan 1 kali diantaranya bersifat terasa.

 

Secara visual, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 16-30 derajat celsius.

 

Pada Juni 2025, dilakukan pengamatan kondisi danau kawah melalui pengamatan langsung dan CCTV yang terpasang di area kawah. Air danau cenderung berwarna hijau kebiruan. Suhu air danau kawah sistem telemetri berkisar antara 30.48°C sampai 31.68 °C dan pH pada 4.3. Bualan air pada air danau kawah terlihat samar samar. Tinggi muka air danau kawah mengalami penurunan ± 50 cm dibanding dengan bulan sebelumnya. Penurunan tinggi muka air danau diakibatkan intensitas hujan yang terjadi di area kawah yang cenderung berkurang dan masih tetap berfungsinya terowongan pembuangan air danau kawah Gunung Kelud.

 

Saat ini aktivitas kegempaan masih didominasi Gempa-gempa Tektonik. Gempagempa Vulkanik yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanisme terekam turun secara kuantitas dibandingkan dengan periode lalu. Gempa Vulkanik Dalam sebanyak 2 kali masih dikatagorikan minim, karena kejadian tersebut berlangsung selama sebulan. Minimnya jumlah gempa vulkanik ini mengindikasikan laju suplay magma masih rendah dari kedalaman ke kantong magma.

 

Data suhu air kawah menunjukan kestabilan. Sementara PH air kawah masih berfluktuatif mengingat masih adanya gas-gas vulkanik yang bersifat asam naik kepermukaan bercampur dengan air kawah.

 

Meski demikian, diperlukan kewaspadaan terhadap potensi terjadi erupsi freatik tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas atau signifikan. Erupsi ini dapat menghasilkan hujan abu dan lontaran material yang ancamannya terbatas di sekitar puncak. Potensi bahaya lainnya adalah terjadinya lahar yang berasal dari endapan abu/material erupsi dan curah hujan tinggi. Lahar berpotensi terjadi di lembah-lembah sungai yang berhulu di Gunung Kelud.

 

PVMBG pun memebrikan evaluasi secara menyeluruh terhadap tingkat aktivitas Gunung Kelud sampai tanggal 30 Juni 2025 masih dalam Level I (Normal), dengan rekomendasi,

 

– Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak berada/beraktivitas dalam radius 1km dari kawah puncak G. Kelud.

 

– Berhubung banyak yang beraktivitas melakukan penambangan material endapan yang berada di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Kelud, untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat peningkatan debit aliran air hujan secara tiba-tiba. Ia juga mengimbau agar Pemerintah Daerah mengingatkan warganya untuk selalu waspada saat beraktifitas di sungai yang berhulu disekitar puncak G.Kelud apabila puncak G.Kelud dalam kondisi mendung serta hujan.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Tahun 2026, Pemkot Surabaya Siapkan Tiga RIAS Baru Fokus Asrama Khusus Perempuan

Rab Jul 16 , 2025
Liputan Cyber || Surabaya Jatim Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menambah tiga unit Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS) baru pada tahun 2026. Rencana tersebut disampaikan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, saat meninjau fasilitas RIAS yang berlokasi di Jalan Wonorejo Timur.   “Nanti insyaallah kita akan menambah lagi tempat-tempat […]