UB Matangkan Persiapan SNBP 2025, Kuota dan Persaingan Prodi Tetap Ketat

Liputan Cyber || Jatim

Universitas Brawijaya (UB) mempersiapkan diri dalam menghadapi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Imam Santoso, M.P, menyampaikan bahwa hingga saat ini seleksi berjalan sesuai jadwal dan secara umum tidak mengalami kendala berarti.

 

“Untuk persiapan penerimaan SNBP sedang dalam proses dan secara umum berjalan dengan lancar. Seluruh tahapan sudah berjalan dengan baik. Mungkin ada satu dua kasus dari pihak sekolah yang belum berhasil finalisasi, tetapi itu tidak berdampak signifikan,” jelas Imam Santoso, Kamis (6/2/2025).

 

Proses pendaftaran SNBP 2025 telah dimulai dengan tahap pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang berlangsung hingga 31 Januari 2025, diikuti dengan registrasi akun SNBP hingga 18 Februari 2025. Setelah periode tersebut, siswa yang memenuhi syarat dapat melakukan pendaftaran, dan hasil seleksi akan diumumkan pada 18 Maret 2025.

 

Tahun ini, kuota penerimaan mahasiswa UB melalui jalur SNBP tetap sama dengan tahun sebelumnya, yakni 20 persen dari total penerimaan mahasiswa baru.

 

“Total maksimum mahasiswa baru yang diterima UB sekitar 17.000 orang. Dengan demikian, kuota SNBP tahun ini berkisar di angka 3.000 an mahasiswa,” ungkapnya.

 

Sementara itu, jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tetap sebesar 30 persen, dan jalur Mandiri sebesar 50 persen.

 

Tidak ada perubahan signifikan dalam sistem seleksi SNBP dibandingkan tahun lalu, namun terdapat beberapa penyesuaian dalam SNBT 2025. Salah satu perubahan utama adalah tidak adanya pemisahan antara kategori IPA dan IPS dalam SNBT, mengikuti kurikulum Merdeka Belajar yang telah diterapkan di sekolah-sekolah.

 

“Tahun ini, tidak ada lagi kategori IPA atau IPS dalam SNBT. Semua lulusan SMA bisa memilih jalur eksakta atau sosial humaniora sesuai dengan minat dan kemampuannya,” jelas Prof. Imam.

 

Kendala yang muncul dalam proses pendaftaran lebih banyak terkait finalisasi data oleh sekolah. Beberapa sekolah yang telah memenuhi syarat ternyata masih belum menyelesaikan tahap finalisasi, meskipun telah diberikan waktu yang cukup.

 

“Ada sekolah yang belum finalisasi meskipun mereka eligible. Itu menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Namun, secara umum, kasus tersebut masih kecil di tingkat nasional dan tidak berdampak pada UB,” jelasnya.

 

Selain itu, beberapa sekolah masih mengalami kendala teknis seperti kelalaian dalam melakukan klik finalisasi, yang mengakibatkan data siswa tidak dapat diproses lebih lanjut.

 

“Permasalahan ini lebih banyak terjadi tahun ini dibandingkan tahun lalu. Banyak sekolah yang akhirnya mengajukan surat permohonan ke panitia pusat. Meskipun secara nasional jumlahnya kecil, tetap saja ini menjadi evaluasi agar sekolah lebih ketat dalam mengawal proses pendaftaran,” tambahnya.

 

Dari sisi tingkat persaingan, program studi eksakta seperti Kedokteran, Teknik Informatika, Kedokteran Gigi, Teknik Industri, Farmasi, dan Ilmu Gizi masih menjadi yang paling diminati dengan tingkat keketatan antara 2%-4%. Sementara itu, di bidang sosial humaniora, program studi Ilmu Hukum, Akuntansi, Psikologi, dan Manajemen juga memiliki tingkat persaingan yang tinggi. UB juga tengah mengusulkan dua program studi baru, yaitu Bioinformatika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) serta Industri Peternakan Cerdas di Fakultas Peternakan (FAPET).

 

“Proses pengusulan masih berlangsung. Kami belum bisa memastikan apakah prodi baru ini dapat dibuka tahun ini karena tahapannya masih banyak yang harus diselesaikan,” ujar Prof. Imam.

 

Tren jumlah peminat UB dalam beberapa tahun terakhir mengalami perubahan setelah adanya kebijakan baru dalam SNBT yang memasukkan program vokasi ke dalam pilihan utama. Jika sebelumnya UB selalu berada di peringkat pertama universitas dengan jumlah peminat terbanyak, kini posisi tersebut sedikit bergeser karena keterbatasan jumlah program vokasi yang ditawarkan.

 

“Dulu, UB selalu berada di peringkat pertama jumlah peminat. Namun, setelah program vokasi masuk dalam pilihan 1-5 di SNBT, posisi UB sedikit tergeser,” katanya.

 

Dalam sistem baru ini, calon mahasiswa memiliki lima pilihan program studi dalam SNBT, dengan ketentuan bahwa pilihan pertama berasal dari provinsi tempat mereka bersekolah, pilihan kedua boleh dari luar wilayah, dan pilihan ketiga hingga kelima harus terdapat program vokasi.

 

“Dengan kebijakan ini, PT yang memiliki banyak program vokasi akan memiliki potensi lebih besar dalam menarik mahasiswa. UB hanya memiliki 3-5 program vokasi, sehingga dari sisi jumlah peminat kita sedikit tergeser,” ujarnya.

 

Prof. Imam juga menekankan bahwa calon mahasiswa yang diterima melalui SNBP tidak dapat mendaftar di SNBT maupun jalur Mandiri. Sementara itu, bagi yang tidak lolos SNBP, mereka masih memiliki kesempatan untuk mengikuti seleksi di jalur lain.

 

“Yang diterima di SNBP tidak bisa mendaftar SNBT maupun Mandiri. Jika tidak diterima di SNBP, maka mereka bisa mencoba jalur lain,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa SNBP merupakan kesempatan emas bagi calon mahasiswa yang memiliki rekam jejak akademik dan non-akademik yang baik. Oleh karena itu, siswa perlu mempertimbangkan pilihan program studi berdasarkan nilai rapor, prestasi, serta minat dan bakat mereka.

 

“Kesempatan di jalur prestasi ini harus dioptimalkan. Walaupun hampir semua PTN BH menerima SNBP sekitar 20 persen, ini tetap menjadi kesempatan emas. Pilihlah prodi sesuai dengan capaian akademik dan passion yang dimiliki,” tegasnya.

 

Selain itu, indeks sekolah juga menjadi faktor penting dalam proses seleksi.

 

“Misalnya, tiga sekolah di Kota Malang memiliki nilai rapor rata-rata sembilan. Nilai akhirnya belum tentu sama, karena ada koreksi berdasarkan indeks sekolah. Indeks ini ditentukan oleh banyak faktor, termasuk hasil Asesmen Nasional dan daya terima lulusan sekolah tersebut di perguruan tinggi,” ujarnya.

 

Prof. Imam menekankan bahwa seleksi SNBP berskala nasional sehingga kompetisinya sangat ketat dan tidak mudah diprediksi.

 

“Sebagai contoh, seorang siswa yang berada di peringkat satu di sekolahnya belum tentu juga peringkat satu secara nasional. Inilah yang membuat persaingan sangat ketat dan tidak mudah diprediksi,” pungkasnya.

 

Dengan persiapan yang matang, UB optimis dapat melaksanakan SNBP 2025 dengan baik serta menerima mahasiswa baru yang berkualitas. Ia berharap para calon mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya dan memilih program studi sesuai dengan potensi dan minat mereka. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Gelorakan Swasembada Pangan, Polsek Semampir Ajak Masyarakat Kembangkan Budidaya Ikan Lele

Jum Feb 7 , 2025
Liputan Cyber || Surabaya Dalam rangka mendukung program swasembada pangan, Polsek Semampir Polres Pelabuhan Tanjung Perak menggandeng masyarakat untuk mengembangkan budidaya ikan lele. Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan lokal serta mendukung perekonomian masyarakat di tengah tantangan ekonomi global.   Kanit Binmas IPDA Hari Kurniawan, menjelaskan bahwa kegiatan budidaya ikan […]