Liputan Cyber || Jatim
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2021, KH Said Aqil Siraj, menghadiri acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo. Kegiatan ini dipusatkan di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Komplek Kampus 2 Unusida Sidoarjo, pada Senin (27/01/2025).
Dilansir dari laman jatim.nu.or.id, dalam tausiyahnya, Kiai Said menjelaskan konsep masyarakat yang sempurna, sebagaimana diterapkan pada zaman Rasulullah SAW. Saat itu, Rasulullah mengganti nama Kota Yatsrib menjadi Kota Madinah, yang berlandaskan konsep mutamaddin, yakni masyarakat yang berbudaya dan berkualitas atau dikenal sebagai masyarakat madani. “Pada zaman Rasulullah, masyarakat Madinah dikenal sebagai masyarakat yang cerdas, tertib, aman, disiplin, dan sejahtera,” ujar Kiai Said.
Ia memaparkan bahwa konsep mutamaddin ala Rasulullah merupakan gabungan antara tsaqafah (intelektual) dan hadharah (budaya masyarakat). Dengan kombinasi ini, Kota Madinah menjadi pusat peradaban yang berbudaya serta memberikan pencerahan. “Gabungan antara tsaqafah dan hadharah ini disebut tamaddun, sedangkan masyarakatnya dinamakan mutamaddin,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan bahwa tsaqafah mencerminkan pentingnya pendidikan untuk membentuk masyarakat yang cerdas dan berintelektual. Sementara itu, hadharah mengacu pada kesejahteraan masyarakat, seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam memimpin Madinah. Ia menekankan bahwa umat Islam, khususnya warga NU, harus berpendidikan sekaligus memperhatikan kesejahteraan ekonomi. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, masyarakat yang sejahtera dapat diwujudkan. “Cerdas itu wajib, maka bodoh hukumnya haram atau dosa. Pun kaya juga wajib, maka miskin hukumnya haram atau dosa,” terangnya.
Kiai Said juga menekankan pentingnya sikap dermawan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mencontohkan kedermawanan sahabat Usman bin Affan yang menyumbangkan 700 ekor unta untuk kepentingan umat. “Kita harus belajar dari kedermawanan sahabat Usman bin Affan. Maka orang NU harus loman, atau dermawan,” ujarnya.
Selain itu, ia mengingatkan pentingnya penguasaan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian, umat Islam tidak mudah terprovokasi oleh narasi radikal yang berkembang di dunia maya. “Kita tidak boleh menjadi korban teknologi yang merusak, atau terprovokasi oleh radikalisme dan liberalisme. Orang NU harus memiliki pertahanan yang kuat dengan menguasai media sosial dan internet,” ujarnya.
Sebagai penutup, Kiai Said menegaskan bahwa membangun masyarakat mutamaddin—yakni masyarakat yang beriman, beribadah, dan sejahtera—memerlukan kerja sama antara ulama dan umara (pemerintah). “Allah memerintahkan umat Islam untuk menang, dan kita harus berjuang bersama untuk membangun masyarakat yang lebih baik,” tuturnya.
Peringatan Isra’ Mi’raj ini dihadiri oleh ratusan jamaah dari berbagai elemen NU di Sidoarjo. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Harlah ke-102 NU oleh PCNU Sidoarjo, yang akan berlangsung hingga akhir Februari mendatang. (Red)