Liputan Cyber – Semarang
Perkembangan teknologi digital telah menyasar di segala lini kehidupan, termasuk merambah dunia pendidikan. Guru, pelajar, dan orang tua murid dipaksa mengikuti perkembangan digital. Bahkan, tantangannya lebih berat di saat bersamaan pademi covid-19.
Hal ini mengemuka dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang bertajuk “Tantangan Dunia Pendidikan Menjawab Transformasi Digital”, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Dyandra Promosindo, pada Selasa (13/07/2021) di Semarang, Jawa Tengah.
Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah dalam sambutan melalui video menekankan, bahwa perkembangan teknologi digital selayaknya tidak hanya dimanfaatkan untuk sekadar mendapatkan hiburan saja. Namun alangkah baiknya juga dimaksimalkan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan digital.
“Mari semuanya, kita ikuti gerakan literasi digital untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman kita dalam beraktifitas di dunia maya,” ajak Gubernur Jawa Tengah.
Menurut pengajar Universitas Negeri Semarang Arif Hidayat, transformasi dalam dunia pendidikan terkait erat dengan inovasi program pendidikan, dimana pelaksanaannya bertujuan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas pendidikan.
“Pendidikan daring adalah contoh transformasi tersebut dalam menghadapi perkembangan teknologi dan tantangan situasi pendemi saat ini” ungkapnya.
Dalam pembahasan aspek transformasi kultural, Peneliti Pusat Studi Pancasila UGM Diasma Sandi Swandaru menjelaskan, era digital masuk pada abad 21 ini adakah transformasi mutakhir perkembangan sosio kultural masyarakat. Dimana Indonesia memiliki akar sejarah jauh kebelakang sejak abad ke-4, saat ditemukannya prasasti Yupa sebagai tonggak sejarah budaya literasi.
Kemudian bermunculan kerajaan-kerajaan besar hampir merata di seluruh nusantara. Ini bukti kemajuan peradaban, adanya ilmu pengetahuan, teknik, sistem sosial budaya dan politik masyarakat kita. “Dimana puncak-puncak kebudayaan itu, salah satunya adalah kemampuan membangun dengan megah candi Borobudur,” beber Diasma.
Namun sayangnya, 3,5 abad telah terjadi kemunduran seiring datangnya kolonialisme-imperialisme yang mencengkeram bangsa kita. Penjajahan membawa dehumanisasi, membuat kehidupan rakyat terbelakang dalam segala aspek, termasuk bidang pendidikan.
“Perjuangan kemerdekaan telah berhasil mengangkat derajat dan martabat kita sebagai manusia dan bangsa yang berdaulat untuk kembali menata dan memajukan masyarakat dalam semua bidang kehidupan,” ungkap Diasma.
Ketua Umum Generasi Muda Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (Genmuda ISRI) ini menambahkan, bahwa digitalisasi sekolah merupakan seperangkat alat bantu pendidikan. “Ia hanyalah kulitnya saja. Lebih dari itu, transformasi pendidikan perlu menyentuh isi, yaitu transformasi pendidikan dengan diiringi perubahan UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang sudah ketinggalan zaman agar sistem pendidikan nasional mampu menjawab dinamika dan perkembangan zaman dalam upaya memajukan pendidikan masyarakat. Terlebih di era digital seperti saat ini,” ungkap lulusan Magister Hukum Kenegaraan UGM ini.
Agar tidak terjadi gegar budaya digitalisasi sekolah, maka sinergi Trisentra Pendidikan yang terdiri dari keluarga, masyarakat, dan sekolah sangatlah penting untuk mewujudkan generasi cemerlang yang memiliki keselarasan manunggal antara ilmu dan amal. “Tanpa kerjasama pendampingan, anak-anak yang kita lahirkan jangan sampai diasuh dan dibesarkan sosial media,” pungkas Diasma.
Selain Arif Hidayat dan Diasma Sandi Swandaru, juga hadir pembicara lainnya Andika Renda Pribadi, Agus Priyono, dan Nadia Intan serta ratusan peserta dari Semarang dan kota lainnya.
Program Literasi Digital Nasional 2021 dilaksanakan di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota, dengan target sasaran 12 juta dan di tahun 2025 diharapkan mencapai 100 juta masyarakat.
Dalam sambutan peluncuran Program Literasi Digital Nasional (20/5/2021), Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan, tantangan di ruang digital semakin besar. Oleh karena itu, ruang digital harus dibanjiri berbagai konten postif, kreatif, dan mendidik, dan menyerukan persatuan bangsa.
“Semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa, sehingga masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden. ( Red )