DLH Jabar Belajar Pengelolahan Sampah di Kampoeng Oase Songo Surabaya

Liputan Cyber || Surabaya Jatim

Upaya mewujudkan pelestarian lingkungan di kota-kota besar seperti Surabaya, sangat perlu dilakukan di kampung-kampung yang menghasilkan banyak sampah. Salah satu kampung binaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, yakni Kampoeng Sayur Oase Songo yang terletak di Jalan Simomulyo Baru, RT 09 RW 03, Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal.

Kampung ini telah berhasil menjalankan program pengelolaan sampah organik dengan magot selama 11 tahun, dan kali ini dikunjungi oleh rombongan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat (DLH Jabar), pada Rabu (18/12/2024).

Kunjungan rombongan DLH Jabar tersebut, bertujuan untuk mempelajari dan mengadopsi model pengelolaan sampah berbasis komunitas. Adapun rombongan DLH Jabar, berjumlah 26 orang yang terdiri dari penyuluh lingkungan, tim Penegakan Hukum (GAKKUM), serta sekretariat humas. Tak hanya belajar pengelolaan sampah organik dengan budidaya magot, mereka juga belajar terkait urban farming untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Dikonfirmasi Kamis (19/12/2024), Plt Kepala DLH Jabar Nita Nilawati Walla mengatakan, pihaknya mengapresiasi keberhasilan Kampoeng Oase Songo untuk menciptakan perubahan perilaku masyarakat terkait pengelolaan sampah.

 

“Ini adalah pertemuan Jawa Barat dengan Surabaya yang kesekian kalinya. Kami ingin belajar dari konsistensi yang dilakukan oleh Kampoeng Oase Songo selama 11 tahun terakhir. Perubahan perilaku adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik,” jelas Nita.

Lebih lanjut, Nita menerangkan, pendekatan ekonomi sirkular yang diterapkan di Surabaya khususnya Kampoeng Oase Songo ini, juga dapat diadopsi di Jawa Barat dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi lokal masing-masing daerah.

“Ekonomi sirkular bukan hanya soal menyelesaikan sampah, tetapi juga bagaimana mengolahnya menjadi nilai tambah, seperti pakan ternak atau bahan untuk ketahanan pangan. Ini adalah model yang harus dikembangkan di daerah lain,” terangnya.

Budidaya magot untuk penerapan pengelolaan sampah organik, menurut Nita, tidak hanya dijadikan sebagai pengurai sampah. Melainkan juga bisa di jual bahkan diolah kembali menjadi produk turunan untuk didapatkan kembali kebermanfaatannya.

“Namun jika maggot itu dijual langsung kan untungnya kecil, dan Kampoeng Oase Songo bisa mengolah itu menjadi produk turunan seperti pakan ikan atau pupuk kompos dari dekomposisi maggot,” ujar Nita.

 

Alhasil Nita pun menilai, magot itu juga bisa digunakan untuk mendukung sektor perikanan dan pertanian. “Produk seperti ikan dan sayur akhirnya juga bisa dikembangkan, entah untuk nantinya dijual maupun untuk konsumsi masyarakat kampung,” tambanya.

Sementara itu, sebagai Ketua Kampoeng Oase Songo, Yaning Mustika Ningrum mengatakan, pihaknya merasa bahagia atas apresiasi dan kunjungan dari DLH Jawa Barat ke kampungnya.

“Kampung kami mungkin bukan yang terbaik, tetapi keistikomahan dalam berbuat telah membawa dampak besar. Banyak tamu yang ingin belajar dan mengadopsi apa yang kami lakukan, bahkan mengembangkannya lebih jauh sesuai dengan kebutuhan di daerah mereka,” ucap Yaning.

Kunci keberhasilan Kampoeng Oase Songo dalam menerapkan pelestarian lingkungan, menurut Yaning, adalah kedisiplinan dan keberlanjutan dalam menjalankan program lingkungan. “Tidak usah memikirkan hasilnya dulu, yang penting adalah terus berbuat,” tegasnya.

 

Lalu, dalam kesempatan yang sama Pembina Kampoeng Oase Songo, Adi Candra menegaskan, bahwa kolaborasi lintas wilayah dan lintas sektor dalam mengatasi masalah lingkungan itu pentjng.

“Bunda Nita ini adalah mitra strategis kami. Kunjungan ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari Kampoeng Oase Songo bisa memberikan inspirasi. Harapan kami adalah agar Surabaya dan Jawa Barat semakin dekat dengan solusi keberlanjutan,” tegas Adi.

Selain itu, Adi menilai, pendekatan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dengan memperhatikan kearifan lokal masing-masing daerah juga cukup penting. “Program lingkungan tidak bisa dilakukan sendiri. Kemitraan dengan berbagai pihak adalah kunci untuk mencapai SDGs, terutama SDGs nomor 11 tentang kota dan permukiman yang berkelanjutan, serta SDGs nomor 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan,” tukasnya.

Diketahui, kunjungan ini turut didukung penuh oleh Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) DPD I Jawa Timur, DPP IFTA Jelajah Indonesia, Kampoeng Oase Suroboyo Group dan HPAI DPW Kota Surabaya.

Selain itu, didukung oleh Mahasiswa MSIB Marketing & Promotion Eduwisata KaSurBoyo Batch 7 yaitu, Jihan Fitri Husniyah (Universitas Gadjah Mada – Pariwisata), Sefila Nesya Dewanti (Universitas Gadjah Mada – Pariwisata), Aflakhul Muzakka (Universitas Trunojoyo – Ilmu Komunikasi), Irma Jauzalia Maheswari (Telkom University Surabaya – Bisnis Digital), Nafidzah Salsabila Firdausi (Universitas Hasanuddin – Agribisnis), Muhammad Farhan (Universits Sebelas Maret – Agribisnis).(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pemkab Lamongan Salurkan Bantuan Pupuk Non Subsidi untuk Dua Ratus Pokdakan

Jum Des 20 , 2024
Liputan Cyber || Jatim Pemerintah Kabupaten Lamongan salurkan bantuan berupa pupuk non subsidi kepada dua ratus kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), Kamis (19/12/2024) di Balai Desa Blawi Kecamatan Karangbinangun.   Hadir dan menyerahkan bantuan pupuk secara langsung kepada pokdakan, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menuturkan bahwa penyaluran bantuan ini bertujuan untuk membantu […]